Dekan Fakultas Vokasi UKI Raih Gelar Doktor

Majalahgaharu Jakarta - Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (FV-UKI) tengah berbangga setelah pimpinan mereka, Maksimus Bisa Ladopurab, SKM., SSt. Ft., M. Fis, berhasil meraih gelar Doktor pada Program Pendidikan Jasmani (Olahraga) dari Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Maksimus Bisa sukses mempertahankan disertasinya yang berjudul “Model Latihan Keterampilan Pukulan  Hook ‘Jimax’ Berbantuan Android pada Atlet Tinju Usia 16-30 Tahun”, dalam Ujian Terbuka Program Doktor Pendidikan Jasmani Pascasarjana UNJ yang digelar di Gedung Mohammad Hatta, Kampus UNJ, Jakarta Timur, Selasa sore (31/1).

Selama hampir dua jam pria kelahiran Lembata, Nusa Tenggara Timur, itu memaparkan hasil penelitian ilmiahnya di hadapan Dr. Iman Sulaiman, M.Pd, Promotor yang merupakan Dosen Tetap UNJ dan Dr. dr. Junaidi Sp.KO., Subsp. ALK (K), Co-Promotor juga Dosen Tetap Universitas Negeri Jakarta. Sebagai Ketua Sidang Terbuka sekaligus penguji  yaitu Prof. Dr. Wardani Rahayu, M.Si dan Prof. Dr. Firmansyah Dlis, M.Pd sebagai Sekretaris.

Sementara itu di jajaran Penguji terdapat nama Prof. Widiastuti, M.Pd, Guru Besar Tetap UNJ; Dr. Hidayat Humaid, M.Pd, Dosen Tetap UNJ serta Prof. Dr. Herman Subarjah, M.Si sebagai penguji Luar yang juga adalah Guru Besar Tetap Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Maksimus memulai dengan menyoroti tentang efektivitas jenis pukulan hook dari dua belas jenis pukulan yang lazim digunakan pada cabang olahraga tinju. Selama ini hook turut menjadi penentu kemenangan seorang petinju, di mana jenis pukulan ini cocok bagi petinju dengan tipikal agresif, serang cepat, dan bermain rapat. Sebagai contoh, pukulan jenis ini acap kali dipakai sebagai “pamungkas” oleh legenda tinju Indonesia yang merupakan mantan juara dunia versi IBF, Ellyas Pical (The Exocet) dan petinju kelas berat dunia Mike Tyson (Iron Mike/Si Leher Beton).

Dalam penelitiannya yang menggunakan pendekatan R & D (Research and Develompent) dengan mengadopsi model Borg and Gall, Maksimus melibatkan sejumlah petinju rentang usia 16-30 tahun (Golden Periode Athlete) dari Sasana Tinju KPJ Bulungan, Victory Target Boxing Camp, WEST Camp, King Lembata Jakarta, dan Garuda Martial Arts.

Maksimus menyebut bahwa pukulan hook termasuk satu dari tiga jenis pukulan mematikan di dalam cabang olahraga tinju. Pukulan yang dilontarkan seorang petinju dapat bersifat sangat mematikan jika dilakukan dengan keterampilan (skill) yang baik dan dengan daya ledak otot (power) yang tepat.

“Di antara ketiganya, pukulan hook ini menempati peringkat paling tinggi berdasarkan literatur yang ada, kalau pukulan itu dikenakan (diarahkan-red) ke daerah rahang atau dagu dapat membuat hilangnya kesadaran lawan karena terjadi percepatan rotasi yang tinggi di daerah leher dan peningkatan trauma di seluruh wilayah otak,” jawab Maksimus Bisa menanggapi pertanyaan dari Profesor Herman Subarjah terkait tingkatan jenis pukulan mematikan di dunia tinju.

Namun selama ini, lanjut Maksimus, pukulan hook yang umum dilakukan hanya menyumbang 36 (tiga puluh enam) persen peluang bagi petinju untuk menjatuhkan lawannya.

Guna menjawab kekurang inilah Maksimus Bisa kemudian mengembangkan teknik pukulan Hook “Jimax” yang merupakan penghitungan antara jarak petinju, posisi kaki, foot workcenter of gravity dan  body weight transfer, rotasi badan dan pinggul, daya ledak otot (power) serta sudut pukulan sasaran. Jika dilakukan secara cermat dan waktu (momentum) yang tepat, peluang menjatuhkan lawan melonjak menjadi di atas 80 (delapan puluh) persen.

“Momen yang tepat menggunakan pukulan hook itu keluar adalah ketika jarak pukul dan sudut pukul yang kecil sehingga ada daya ledak otot atau power yang tinggi. Di situlah waktu yang tepat untuk menggunakan hook,” ujar Maksimus Bisa ketika menjawab pertanyaan dari Profesor Widiasuti.

Tidak hanya sebatas pengembangan teknik pukulan efektif, Maksimus juga mengintegrasikan keterampilan hook “Jimax” dengan platform berbasis android. Dengan dilengkapi alat sensor, para atlet tinju dapat mengetahui kemampuan pukulannya sehingga memiliki semangat berlatih yang tinggi dan aktif serta mandiri guna meningkatkan keterampilan pukulan hook secara maksimal.

Model latihan yang digagas meliputi komponen strengthspeedpoweragilityexcellence with automatisationflexibilitystabilitybasedbalance dan muscle endurance melalui kajian anatomi fisiologi, biomekanik, analisis gerak, neurosains dan konsep motor learning.

Tak berhenti sampai di situ, keterampilan pukulan hook juga dinilai dengan instrumen teknik dasar pukulan hook. Dengan demikian power yang dihasilkan dapat diukur menggunakan alat sensor yang dinamakan Jimax Boxing Punch Trackers, dilengkapi pula dengan kamera digital dan aplikasi kinovea atau ImeasureU.

Doktor Pertama di Fakultas Vokasi UKI

Raut penuh syukur terpancar dari wajah Maksimus Bisa Ladopurab setelah dirinya dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Doktor. Tak tanggung-tanggung, Maksimus Bisa lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,93 (tiga koma sembilan tiga) dengan predikat Cumlaude.

“Saya merasa bangga bahwa hari ini saudara Doktor Maksimus Bisa Ladopurab berhasil meraih keinginannya, cita-citanya yang juga merupakan keinginan dan cita-cita kami Universitas Kristen Indonesia,” tutur Rektor UKI Dr. Dhaniswara K. Harjono, SH., M.H., M.BA, ketika memberikan sambutan.

Ketika berbincang dengan majalahgaharu.com, Dhaniswara menuturkan bahwa Maksimus merupakan lulusan pertama Program Studi Pendidikan Jasmani dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang berhasil meraih gelar doktor di UNJ.

“UKI sendiri memiliki komitmen untuk menghasilkan alumni unggul dan pendirian Fakultas Vokasi juga sesuai dengan anjuran, permintaan dari Presiden Republik Indonesia untuk perguruan tinggi juga peduli terhadap kemajuan dunia vokasi. Sekarang dengan dosennya, apalagi dekannya Fakultas Vokasi ini menjadi doktor tentunya membuktikan bahwa kita (UKI-red) sangat memperhatikan kualitas dari lulusannya,” ungkap Dhaniswara yang hadir bersama dengan Wakil Rektor, Dr. Hulman Panjaitan, SH., MH dan Dr. Ied Veda Rimrosa Sitepu, SS., MA serta jajaran Fakultas Vokasi UKI.

Dhaniswara melanjutkan, capaian itu akan menjadi andalan bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya untuk mencetak alumni unggul di masa depan.

Lebih jauh dikatakannya, UKI sangat mendukung setiap tenaga pengajarnya untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

“Tentu kita sangat men-support mereka untuk meningkatkan kualitas. Salah satu upayanya adalah dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi ke strata 2 (dua) atau paling tidak ke strata 3 (tiga) mereka bisa kejar. Syukur-syukur ke depannya ada guru besar yang bisa dihasilkan dari Fakultas Vokasi,” tambahnya.

Dirinya juga berharap dengan adanya tenaga doktor yang baru di lingkungan Fakultas Vokasi UKI dapat memberikan peningkatan sumber daya manusia bangsa dan Negara.

“Tujuan utamanya adalah memang selain memberikan pembekalan secara profesi tetapi juga kelimuan harus mampu diberikan juga kepada adik-adik mahasiswa. Dan harapannya adalah kita semata-mata ingin meningkatkan sumber daya manusia yang ada di UKI untuk menghasilkan sumber daya manusia yang beguna bagi bangsa dan Negara,” pungkasnya.

Saat ditemui usai mempertahankan disertasinya, Maksimus Bisa menjelaskan harapan FV-UKI untuk mendirikan Program Studi Olahraga dan Kesehatan.

“Kita secara aset dan sumber daya yang ada pada kita, sedang berusaha untuk UKI memiliki Program Studi Olahraga Kesehatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait olahraga prestasi. Tentunya di dalam olahraga itu kan sering terjadi cedera maka kita padukan antara olahraga dan kesehatan sehingga spec-nya di situ,” kata Maksimus.

Melalui kajian ilmiah yang dirampungkannya Maksimus juga berharap agar sains dapat menjadi sarana pendukung bagi atlet tinju Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa di level dunia.

“Saya ingin membuat model latihan yang spesifik untuk pukulan hook yang saya namakan dengan Jimax. Karena selama ini saya melihat orang hanya asal pukul saja tanpa melihat sport science dan sport technology, kajian biomekaniknya, anatomi fisiologisnya, analisa geraknya. Asal memukul, akhirnya apa, tenaga yang digerakannya itu banyak yang keluar tapi sasarannya tidak tepat,” urainya.

Lebih jauh dirinya menjelaskan, penelitian yang dirampungkan telah disosialisasikan melalui international conference maupun diterbitkan di jurnal internasional (Index Scopus). Dengan demikian ia berharap model latihan dapat diterbitkan pula dalam bentuk buku maupun video panduan.

“Istilahnya didiseminasikan, dipublikasikan ya dan ke depannya akan ada workshop kepada masyarakat pengguna, masyarakat penggemar tinju, baik itu pelatih, atletnya sendiri maupun organisasinya, bahkan lembaga/institusi pendidikan yang ada cabang olahraga tinjunya,” lanjut pimpinan dari fakultas yang berdiri sejak 28 Juli 2018, itu.

Sambutan baik atas kajian ilmiah yang dilakukan turut datang dari praktisi tinju Tanah Air. Mereka ikut mengapresiasi kecermatan Maksimus dalam membedah teknik pukulan hook yang selama ini dinilai belum memiliki efek yang maksimal.

“Praktisi sangat menyambut baik, senang sekali, bahwa ada teknik pukulan hook yang sangat spesifik. Sehingga mereka menyadari bahwa jarak, posisi kaki, sudut pukul, rotasi tubuh dan pinggul, berat badan, bagaimana mentransfer center of gravity dan berat badan ke pusat sasaran pukul itu sangat menentukan. Itu yang mereka sambut baik dan sangat senang sekali,” tutupnya. (RP)

Share this Post

DAFTAR BEASISWA E-Journal ID | EN